-->
aOGEZI57OQn5yP1hBMFB2o83mW9XQR0xpYfzSrtQ

Ini Dia Warisan Leluhur Yang Bisa Bikin Kamu Kaya

Tuak adalah sejenis minuman beralkohol nusantara yang merupakan hasil fermentasi dari nira, beras, atau bahan minuman/buah yang mengandung gula. Tuak adalah produk minuman yang mengandung alkohol. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira pohon enau atau nipah, atau legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain (via Wikipedia).
Acara minum tuak kwokot dalam proses pembicaraan adat. 
Di kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur, tuak diproduksi dari pohon enau,lontar dan kelapa. Tuak dihasilkan setelah menyadap nira dari mayang (tongkol bunga) pohon yang sudah Saya sebutkan . Mayang tidak akan dibiarkan menjadi buah. Mayang akan dipotong dan air manis yang menetes dari tandan yang dipotong itu, akan dikumpulkan dalam wadah, biasanya wadah dari buluh bambu. bambu untuk menyadap getah nira ini di Lembata umumnya disebut nawing. Nah kalau di desa Saya disebut Beleka.

Menurut informasi yang Saya dapat dari Orang tua Saya, Sebelum tahun 1980-an, tuak bahkan menjadi minuman sehari-hari pengganti air putih di berbagai kampung di Lembata. Khususnya kampung-kampung lama yang jauh dari pantai dan yang kesulitan air minum. Yah..termasuk Desa Saya yang waktu itu masih bernama kampung Labanawo.

Dahulu kala , dalam setiap proses seremonial adat , tuak selalu menjadi salah satu bahan yang tak boleh dilupakan untuk melengkapi bahan atau sesajian lainnya, dan tradisi ini masih diteruskan hingga sekarang.
Sepanjang pengamatan Saya, apabila dalam sebuah acara seremonial adat , Tuak harus tersedia dan tidak boleh diganti dengan minuman-minuman beralkohol lain yang dapat mensubtitusi tuak itu sendiri. Kalau ada arak yang sejatinya adalah hasil olahan dari tuak itu sendiri pun, tak diperbolehkan Kawan.

Di desa Saya, dalam sebuah proses perkawinanan adat, tuak pasti selalu menjadi minuman yang selalu ditemui. Dalam pembicaraan adat, ada sebuah tahap dimana tuak akan diberikan kepada pembicara adat yang menandakan bahwa pembicaraan adat akan dimulai. Tuak ini disebut “Tuak Kwokot”, yang artinya tuak untuk leluhur. (klik disini untuk membaca proses perkawinan adat di desa Saya)
Bagi orang lembata umumnya, dalam acara pesta adat atau pesta syukuran , rasanya tidak lengkap tanpa tuak. Orang bisa betah duduk berlama-lama di tempat pesta kalau ada minuman yang satu ini, dan mereka yang sebagai tuan rumah pasti akan memperhitungkan anggaran untuk itu.

Seiring berkembangnya zaman, tuak kini menjadi komoditas langka yang punya nilai jual tinggi. Karena apa..? Apabila ada acara syukuran maka mereka pasti mempersiapkan dana untuk memebeli tuak, sedangkan dapat dilihat bahwa jumlah orang yang rutin menyadap tuak sudah sangat berkurang. Di pondok-pondok orang yang rutin menyadap tuak selalu saja Saya temui para pembeli yang berburu minuman ini. Ada yang sekedar berkunjung tetapi ada juga yang datang membeli tuak.

Harga tuak di desa Saya sampai 30 ribu per lima liter kawan, berarti per liternya 6 ribu rupiah kan..? Nah kalo dalam sehari mampu menghasilkan 20 liter, maka penghasilannya perhari menjadi 120 ribu rupiah. Bayangkan saja kalau sehari mampu memproduksi 100 liter dan seterusnya.

Saya sempat berpikir, kalau dia yang rajin menyadap tuak secara rutin ini ,kebanjiran pesanan maka jangan heran kalo dia mampu mempekerjakan orang supaya mereka jangan terlalu mengharapkan lapangan kerja ke pemerintah. Ini dalah sebuah peluang bisnis kawan. Bagaimana, kawan berpikir menjadi pengusaha tuak..?
Related Posts
Wandy Punang
Senang Belajar Otodidak

Related Posts

Posting Komentar